Juni 2011

hidup kan


MENGHIDUPKAN KEMBALI GORESAN PENA
                                                           YANG TENGGELAM………. ???

“aku bukanlah Intelektual Muda Kampus yang lantang menyuarakan kebenaran, aku juga sepakat bila definisi pecundang menjadi identitas diri ini,,,,, aku hanyalah seorang penulis yang menyuarakan isi naluri dan getar nafas nafsuku yang menggebu-gebu… semoga masih ada yang peduli membimbingku”
( moh yusuf dawud  )

            AKSI....  !!!!! ini bukanlah kata sindiran, bukan pula teriakan sang orator di tengah lapangan,  kata ini adalah sebuah Nama yang telah lama tenggelam di Kampus Yudharta, hampir 7 tahun lamanya nama ini terkubur seiring perkembangan Yudharta yang telah banyak menorehkan prestasi sejarahnya. Jargon the Multicultural University_pun  belum pernah mampir pada sesuatu yang bernama AKSI, entah karena kesibukan intelektual Civitas Akademika baik Dosen, Mahasiswa maupun Birokrat sehingga nama AKSI malu menampakkan kreativitas dan mental Fighternya,, ahh sungguh tak bijak kalau sekedar mencari seribu alasan mengapa AKSI terkubur tanpa tahu alamat kuburannya, yang pasti nama AKSI bak mutiara yang terpendam dalam Lautan Kamus perjalanan Universitas Yudharta Pasuruan ini. Oleh karena tenggelam itulah yang menjadikan nama AKSI begitu indahnya.
             
            Tidaklah berlebihan kiranya bila Penulis mengatakan bahwa ada 2 hal yang bisa membuat terang Kampus Yudharta tercinta ini, yakni Aksi Natural Sinar Matahari dan Aksi Suara Mahasiswa. Suara mahasiswa merupakan suara khas sekaligus emas dalam  menjalani intelektual peradabannya. Kalau mau melirik sejarah, pada tahun 2001 adalah tahun dimana suara Mahasiswa terangkum dalam sebuah wadah bernama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) AKSI yang melalui perjuangan goresan penanya, telah mampu memberi sumbangsih kualitas baik mulai dari persoalan corak warna hidup sampai hal yang detail sekalipun tentang sebuah eksistensi hidup dan kehidupan akademik kampus. UKM AKSI dalam cerita pewayangan aktivis Yudharta adalah aset yang besar bagi kampus dalam mengembangkan wawasan-wacana kritis mahasiswa. Memang saat itu, UKM AKSI mau dan mampu  menjadi alat yang paling efektif untuk memunculkan pemikiran-pemikiran baru dalam konteks kebersamaan demi tujuan bersama. Bukankah itu harapan di benak sadar mahasiswa??? Pasti. Namun sayang seribu sayang, pujian terhadap Goresan tinta mahasiswa  ( UKM AKSI ) hanya bertahan selama 4 tahun lamanya seumur mahasiswa duduk di bangku Kuliah, 2001 lahir-2004 tenggelam.

            Belajar dari sejarah, belajar dari masa lalu merupakan suatu hal yang bermanfaat untuk merumuskan sesuatu yang baru. Tiap jaman memiliki realitas yang berbeda. Untuk itu, kita harus selalu mencoba aksi evaluasi dari segala sesuatu yang pernah terjadi buat pers mahasiswa yang lalu dan mencoba melontarkan beberapa gagasan sehingga UKM AKSI kini dan akan datang dapat berkembang hidup menatap masa depan. Bukankah sosok mahasiswa di kenal kental dengan nuansa kedinamisannya, aktif, senang pada perubahan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan obyektif, sistematis dan rasional. Sudah menjadi konsekuensi identitas sebagaoi mahasiswa kan!!
           
            Tidak mengherankan bila saat ini, ibarat pepatah ”mencari jarum dalam sekam atau hutan sekalian deeh”, sungguh sulit mencari sosok Fighter/ideal mahasiswa. Ada anggapan dari berbagai pihak bahwa tingkat kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat dan lingkungan sangat rendah. Mahasiswa hanya di katakan vokal berbicara dan enggan memberikan solusi atas ketimpangan masalah sosial.

            Memang membangun kesadaran kepada mahasiswa terhadap peran dan fungsinya sebagai mahasiswa memang sulit dan membutuhkan hari yang panjang. Oleh karena kita menyaksikan mahasiswa yang terasing dalam masyarakatnya, berusaha lulus cepat, namun hanya untuk mengisi barisan pencari kerja tanpa tanggung jawab dengan gairah keilmuannya. Tidak peduli dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Istilah terasing dan terbuang kesadarannya inilah yang di analogikan oleh K.H. Sholeh Bahruddin sebagai Mahasiswa KOPRAL, posisi yang tidak di perhitungkan dalam dunia kemiliteran. Dari sinilah dibutuhkan upaya menghidupkan kembali UKM AKSI untuk menggagas sebuah rekayasa sosial yang konseptual, praksis dan sistematis. Karena dengan adanya Pers Kampus di harapkan mampu mengkaji permasalahan sosial yang di beritakan dengan analisis keilmuan dan kemasyarakatan secara kritis akademis serta Obyektif TITIK.

Mari kita Hidupkan dan Temukan Mutiara AKSI YUDHARTA!!!!!! sebagai salah satu media perjuangan  mahasiswa menyampaikan suara dan nuraninya.
HIDUP MAHASISWA YUDHARTA!!!!!!
BUKAN SUPAAT KALAU TIDAK SEMANGAT !!!!!!!!!!
”SATU AKSI MULIA UNTUK INDONESIA”
             
             
Penulis
Wapres BEM Universitas Yudharta

Postingan Lebih Baru

Blogger.. Diberdayakan oleh Blogger.