seruni cinta

Seruling adalah salah satu alat musik yang terbuat dari bambu atau bambu.Bila ditiup, suaranya menusuk jauh sampai ke kedalaman hati, ia menyuarakan kepedihan rindu para pecinta pada obyek cintanya, yang tak lain adalah asal-usul dirinya.seruling mampu menyuarakan kerinduan pada kekasih sejatinya , yang tak lain adalah Allah sendiri. di indonesia seruling banyak dipakai untuk mengiringi berbagai jenis musik yang seringkali menghilangkan nuansa spiritualnya.Namun, untuk orang sunda bisa kita dengar seruling mampu membuat kita merasakan keagungan Pencipta melalui gambaran alam pedesaan yang ditimbulkannya. 
suara seruling berasosiasi dengan kepedihan rindu para pencinta, namun untuk orang sunda suara seruling berasosiasi dengan keindahan alam pedesaan yang damai dan tenteram, harmoni.Seruling menjadi simbol spiritual karena ia mampu menampung filosofi perjalanan hidup manusia menuju kesempurnaan dan mewakili kerinduan manusia kepada Tuhan.
Dalam pandangan para sufi esensi manusia berasal dari Ruh Tuhan. Ketika Allah memutuskan untuk menciptakan Adam, Allah meniupkan Ruh Nya sendiri kedalam diri Adam. Sehingga kerinduan yang dirasakan oleh manusia kepada Tuhan pada dasarnya adalah kerinduan untuk kembali menyatu dengan asal usulnya, yaitu Tuhan. Seperti halnya seruling yang harus dipotong dari bambu induknya lalu dijemur, dibakar dan kemudian dilubangi, manusiapun mengalami kepedihan yang sama dalam hidupnya. Manusia terpisah dari Tuhan lalu mengalami berbagia terpaan hidup, sebelum akhirnya menjadi pribadi yang matang.
seruling menyimbolkan manusia sempurna ang telah mencapai kematangan spiritual melalui berbagai tahapan proses dalam kehidupannya seperti halnya seruling yang hanya bisa berbunyi jika kita tiupkan nafas kita padanya, begitu pula manusia yang hanya bisa hidup jika nafas Tuhan ditiupkan dalam diriNya. Karena seruling mampu mewakili kepedihan rindunya, maka didalam kitab  Matsnawi,  Syeikh Maulana Jalaluddin Rumi secara khusus bercerita tentang seruling ini.  Dengarlah! bagaimana seruling ini bisa mengeluhkan dan mengisahkan keterpisahan? baik perempuan maupun laki-laki menangis dan merintih karena mereka telah memotongku dari batang. Aku hanya menginginkan hati yang tercabik karena duka perpisahan, sehingga aku bisa menuturkan penderitaanku. Siapapun yang mengalami perpisahan menunggu penyatuan kembali. Aku sudah berteriak dan mengerang pada orang-orang, aku telah menjadi sahabat karib orang baik maupun orang jahat. Semua orang sudah menjadi sahabatku. Tapi tak satupun yang mencari tahu rahasiaku.Rahasiaku tak lain adalah tangisanku, tapi tak semua mata dan telinga memiliki cahaya Tuhan. Tubuh dan Ruh tidak saling berbunyi, tapi Ruh tak terlihat pada setiap orang. Suara seruling adalah api bukan udara. Dimana tak ada api, biarlah ia lenyap. Api dari cintalah yang memasuki seruling, antusiasme cintalah yang membuat minuman menjadi berbusa. Seruling adalah teman dan pendamping orang yang terpisah dengan kekasihnya. Nada seruling telah merobek semua nada. Siapa selain seruling yang melihat racun dan penawarnya sekaligus? seruling bercerita tentang jalan yang dipenuhi darah dan kisah cinta majnun. Ia adalah akal, ia adalah rahasia kearifan, lidah tak punya lagi klien kecuali telinga.Hari-hari menjadi lebih panjang dan semakin panjang karena duka kita. Hari-hari berpasangan dengan pembakaran. Biarkan hari berlalu, apalah artinya duka dan derita. O, cinta tanpa kawan hanya kau yang tinggal disini. Kecuali untuk ikan, segalany puas dengan air, bahkan hari-hari orang yang tak punya makanan semakin panjang.Bagaimana orang masih mentah memahami tingkat kematangan ini.sekian dulu untuk saat ini. Disini aku harus berhenti, dititik ini.  Demikianlah Syeikh Maulana Jalaluddin Rumi mengapresiasi seruling yang mampu mewakili kepedihan rindunya pada sang Kekasih. Serulingpun menjadi musik spiritual, musik para Sufi. Kalau di Indonesia  ,  kitapun punya musik spiritual yang sering dilupakan orang. Musik itu bernama gamelan. Inilah musik yang terdengar begitu indah dan mencerahkan meskipun banyak yang menganggap tidak menarik dan membosankan. Suara gamelan tidak hanya indah dalam telinga sebagai musik orkestra, tetapi juga mampu membawa pada kesadaran yang lebih tinggi, di hati. Perbedaannya dengan seruling adalah bila seruling suaranya memusat di dada, sementara suara gamelan menyebar ke seluruh tubuh bahkan keluar tubuh. Ketika gong dibunyikan misalnya, ia seolah-olah membangun alam semesta termasuk kita didalamnya. Gamelanpun memiliki filosofi yang sangat luas dan dalam. Jika seruling merepresentasikan kerinduan kepada Tuhan maka gamelan menyimbolkan kedamaian dan keharmonisan alam semesta. Jika seruling dimainkan sendirian, tidak demikian dengan gamelan, ia harus dimainkan orang banyak atau rombongan karena menyimbolkan harmoni dalam keragaman.Maka gamelanpun merepresentasikan dengan indah akan filsafat bangsa kita, yakni Bhinneka Tunggal Ika  .  Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Indonesia, bahkan lebih jauh kita semua ini adalah se-manusia dan se-makhluk. Jadi, filsafat ini kalau dirunut lebih dalam bisa menggambarkan keberagaman isi Jantera alam semesta yang sesungguhnya merupakan manifestasi dari Yang Maha Tunggal. Jika seruling merepresentasikan kerinduan dan pencarian, maka gamelan merepresentasikan pengejawantahan. Dari sinilah Sunan Kalijaga menggunakan gamelan dalam proses penyebaran islam di tanah jawa, karena Sunan Kalijaga memahami betul apa yang direpresentasikan oleh gamelan ini.Kalau begitu gamelan bukan sekedar alat musik yang dibuat untuk memproduksi suara, tapi juga punya pengaruh luar biasa pada jiwa dan raga manusia. Dengan demikian gamelan pastilah tidak dibuat sembarangan, ia dibuat dengan kesadaran dan pengetahuan yang dalam tentang alam semesta, manusia, dan Tuhan. Menurut Kuntowijoyo melodi dalam musik gamelan disesuaikan dengan konsep waktu siklus dalam sitem pengetahuan jawa yang disebut  Astoworo  yaitu suatu lingkaran jumlah yang selalu kembali pada hitungan ke delapan  .  Artinya gamelan tidak sekedar alat musik tetapi representasi dari sebuah pengetahuan yang dalam tentang waktu. Sampai saat ini gamelan masih mampu melestarikan fungsi spiritual. Melodi, ritme, harmoni dan dinamis gamelan adalah representasi perjalanan suci menuju Tuhan, sehingga gamelan adalah sintesa yang sangat berhasil antara agama dan seni  .  Pada sisi lain seruling sebagai representasi spiritualitas maskulin sedangkan gamelan mewakili spiritualitas feminim.Ini bisa dilihat dari bentuk dan bagaimana ia dimainkan . Seruling berbentuk tongkat sehingga bisa disamakan dengan lingga sedangkan pada gamelan - terutama gong, berbentuk yoni terbalik sehingga lebih mirip buah dada perempuan 
Seruling bisa dimainkan sendirian sebagaimana para  salik  atau pencari yang menyendiri mencari Tuhan. Sedangkan gamelan merupakan sebuah orkestra yang terdiri dari berbagai alat musik, seperti: Kenong, kempul, gong, bonang barung, gender, saron, siter, kendang dan lain sebagainya. Semua itu membawa pesan harmoni dalam keragaman. Pada degung sunda, gamelan dan seruling dipertemukan sehingga mampu merepresentasikan kedua fungsi ini, yakni pencarian dan pengejawantahan.Representasi spiritual seruling dan gamelan mengingatkan kita pada peristiwa Isra 'Mi'raj Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ketika masih dalam proses pencarian Rasulullah SAW banyak menyendiri dan berkontemplasi terutama di goa Hiro, namun setelah peristiwa Mi'raj dan mencapai Tuhan, Ia memilih untuk kembali ke bumi dan menjadi bagian dari masyarakat. Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW kembali ke bumi untuk mengabarkan kabar gembira dari hasil perjalanannya.Karena kasih sayang pada umatnya, Rasulullah SAW memilih kembali dari bersanding bersama Tuhan.inilah mengapa Tuhan layak menyandangkan gelar kepada Beliau dengan sebutan  Rahmatan lil'alamin, rahmat bagi seluruh alam. Ia kembali untuk mengejawantahkan kesempurnaan sifat-sifat Tuhan dan menyempurnakan perjalanan pulang menuju Tuhan. Inilah yang menjadi alasan mengapa Sunan Kalijaga membunyikan gamelan di acara sekaten untuk memperingati kelahiran Gusti Kanjeng Nabi Muhammmad. Dengan tindakan ini, Sunan Kalijaga ingin mengembangkan jagad raya untuk menyambut rahmat bagi semesta alam ini.melalui gamelan Sunan Kalijaga seolah berpesan: "Marilah kita kembali kepada Tuhan bersama-sama, meskipun kita tampak berbeda rupa, bentuk, aroma dan suara namun sesungguhnya kita adalah satu. Seruling juga disebut serunei, adapun serunei ini berasal dari kata 'seru' dan 'ney'  ,  seru itu panggilan dan ney itu sebutan untuk suling di Turki  .  Jadi, dalam makna yang lain seruling itu dinamakan juga serunei yang merupakan simbol yang berarti panggilan jiwa untuk kembali ke Tuhan. Senada dengan ini, kembali kita dengarkan dendang Syeikh Maulana Jalaluddin Rumi dalam puisinya: "  Datanglah datang, siapapun dirimu untuk kembali. Datanglah datang, walau engkau membawa seribu luka yang tak terobati. Datanglah datang, walau engkau membawa seribu janji yang tak tertepati. Datanglah datang, walau engkau seorang peragu, seorang pencari dan seorang tanpa saksi. Datanglah datang, untuk kembali, disini Samudera Cinta menanti ".akhir kata saya mengajak kita semua ikut juga melestarikan kesenian jawa yang ada untuk menjadi sarana bagi kita semua mendekat pada yang di cinta yaitu ALLAH kita juga harus ingat Jowo digowo, Arab Digarap, Barat Diruwat. ini tinggal dielaborasi secara ilmu . Kita lihat saja kebanyakan kita menjadi orang Indonesia yang tidak pernah membawaJawa-mu ( Jawa bukan dalam pengertian suku, Red ), disinetron menjadi ejekan, cenderung meninggalkan kearifan yang baik dari Jawa. 


dialektika cinta segitiga yang seharusnya kita jalani bersama

Posting Lebih Baru Posting Lama

Blogger.. Diberdayakan oleh Blogger.